KUDUS – Menghadapi gelombang ketiga pandemi, Pemerintah Kabupaten Kudus lebih sigap dalam penanganan Covid-19 varian Omicron. Bupati Kudus Hartopo yang meninjau ke rumah sakit rujukan lini 1 bersama Kapolres Kudus AKBP Wiraga Dimas Tama dan Dandim 0722/Kudus Letkol Kav. Indarto menilai, pihak rumah sakit telah menyiapkan rencana strategis. Hal tersebut disampaikan usai berkunjung ke RSUD dr. Loekmono Hadi dan RS Mardi Rahayu, Rabu (16/2).
Meskipun tren kasus Covid-19 di Kudus mengalami kenaikan, kebanyakan dari pasien hanya mengalami gejala ringan. Sehingga orang yang terkonfirmasi Covid-19 lebih banyak melakukan isolasi terpusat (isoter) dan isolasi mandiri (isoman) dengan pemantauan. Sementara itu, pasien Covid-19 di rumah sakit didominasi usia rentan, lansia, atau mempunyai komorbid.
“Kami merespon peningkatan kasus di Kudus. Rumah sakit telah mempersiapkan dengan baik. Kebanyakan yang dirawat di sini memang usia rentan atau punya komorbid,” ungkapnya.
Pihaknya memaparkan dua rumah sakit tersebut Bed Occupancy Rate (BOR) nya di bawah 50 persen. BOR RSUD dr. Loekmono Hadi sekitar 43 persen. Pihak rumah sakit telah mempersiapkan total 87 ruang yang terdiri dari 79 ruang isolasi dan 8 ruang ICU Covid-19. RSUD dr. Loekmono Hadi siap menambah sampai 120 ruang apabila diperlukan. Hartopo mengungkapkan ada satu pasien anak yang dirawat di RSUD.
“BOR dua rumah sakit tidak sampai 50 persen. Pihak RSUD juga siap menambah ruang isolasi apabila terjadi lonjakan kasus,” paparnya.
Sementara itu, BOR RS Mardi Rahayu mencapai 25 persen. Semua pasien terkonfirmasi yang dirawat memiliki penyakit penyerta dan tidak dirawat di ruang ICU. Pihaknya menyampaikan rumah sakit mempersiapkan 127 ruang isolasi dan 30 di antaranya ruang ICU. Hartopo juga mengungkapkan RS Mardi Rahayu memiliki ruang isolasi terpusat yang saat ini telah terisi 30 orang. Kebanyakan dari mereka adalah tenaga kesehatan dari rumah sakit.
“Kalau di sini keterisiannya hanya 25 persen. Semua yang dirawat punya penyakit penyerta yang harus segera ditangani. Di sini juga ada isoter yang saat ini dihuni sekitar 30 nakes RS Mardi Rahayu,” ucapnya.
Hartopo juga memastikan sarpras di semua rumah sakit telah memenuhi kapasitas. Pemerintah Kabupaten Kudus telah mengantisipasi apabila terjadi kekurangan APD, obat-obatan, dan lain sebagainya. Selanjutny, pihaknya akan bekerjasama dengan TNI dan Polri untuk memantau pasien isoman. Apabila tidak memenuhi standar, pasien isoman akan dipindahkan ke tempat isoter di bangunan eks-Akbid.
“Rumah yang digunakan untuk isoman harus representatif. Yakni harus terpisah dengan anggota keluarga. Kalau tidak terpisah ya isoter ke eks-Akbid,” pungkasnya. (*)